Sadarilah, orang tua adalah orang
yang paling berjasa dalam hidup kita. Untuk menggugah kesadaran kita,
sekali-kali bertanyalah kepada mereka. Tanyakan kepada Ibu: “Bagaimana ibu
berjuang merawat dan menjagaku sampai sekarang?” Tanyakan kepada bapak:
“Bagaimana bapak berjuang keras memenuhi kebutuhanku dari dulu sampai
sekarang?”
Pernahkah kita membayangkan
bagaimana seorang bayi lahir dari rahim ibu? Cobalah kamu cari jawabannya!
Sesudah itu renungkan pertanyaan berikut: “Bagaimana aku bisa hidup seperti
sekarang ini?”
Keberadaan kita sekarang ini dimulai
dari proses yang panjang. Ada yang dimulai dari perbuatan “iseng” antara
seorang laki-laki dan perempuan. Maksudnya hanya senang-senang sebelum nikah,
tapi Allah mentakdirkannya menjadi anak. Ada yang diawali proses alami setelah
menikahnya seorang laki-laki dan perempuan, satu tahun atau dua tahun langsung
Allah mentakdirkannya terjadi pembuahan, jadilah anak. Tetapi ada juga anak
yang kehadirannya melewati proses yang luar biasa, butuh waktu yang lama dan
bertahun-tahun. Orang tua harus menempuh perjalanan yang berliku dan cara-cara
luar biasa, dengan berbagai teknik dan perjuangan fisik serta menelan biaya
yang tidak sedikit. Itulah yang sering dikatakan sebagai “anak emas”.
Sesudah positif, ibu kita dinyatakan
hamil, betapa girangnya orang tua yang memang benar-benar menghendaki kehadiran
kita. Sejak saat itu seluruh perhatian dicurahkan kepada kita. Ibu kita selalu
menjaga kesehatan dirinya dan diri kita, memperhatikan makanan, berhenti
bekerja, rajin merawat diri, tidak boleh stres, dan sebagainya. Betapa capeknya
ibu kita seperti yang digambarkan Allah, “Ibunya telah mengandungnya dalam
keadaan lemah yang bertambah-tambah”. Makan tidak enak, tidur tidak
nyenyak, dan bawaannya mau muntah terus. Kadang berbuat yang aneh-aneh dan
tidak masuk akal. Itulah yang dialami ibu kita ketika “ngidam”.
Bersyukurlah kita semua yang
mempunyai orang tua yang bertanggung jawab, ibu yang memberikan asi hingga usia
2 tahun, yang merawat dengan penuh kasih sayang, yang rela melakukan apa saja
demi anaknya. Subhanallah!
Kita bisa membayangkan bagaimana
jadinya kita jika tidak mendapat perhatian orang tua, seperti bayi-bayi yang
dicampakkan orang tuanya di tempat
pembuangan sampah. Betapa pedihnya anak-anak yang tidak mendapat kasih sayang
orang tua, ditelantarkan dan di sia-siakan. Kita bisa merasakan bagaimana
nestapanya anak-anak yang dibesarkan tanpa kasih sayang orang tuanya.
Birrul Walidain; Bakti Pada Orang
Tua
Taat kepada Allah diwujudkan dengan
kewajiban menjalankan ibadah. Taat kepada orang tua diwujudkan dalam kewajiban
berbuat baik kepada orang tua, disebut dengan “Birrul Walidain”.
Syekh Mohammad Abdul Rauf Al-Manawi
dalam kitab “At-Ta’arif” (definisi-definisi) menjelaskan bahwa yang disebut
dengan “Birrul Walidain” yaitu memperluas kebaikan kepada orang tua,
memperhatikan yang disukai orang tua, menghindari yang dibenci orang tua, dan
berlaku lembut atau sopan kepada orang tua.
Birrul walidain yang paling tinggi
nilainya adalah menyambung silaturrahim dengan keluarga dan orang-orang yang
disayangi orang tua. Disebutkan dalam sebuah hadits: “Abu Hurairah berkata, aku
mendengar Rasulullah bersabda: Sesungguhnya birrul walidain yang paling bagus
adalah silaturrahim anak kepada orang-orang yang disayang bapaknya. (HR.
Muslim)”.
Adapun kewajiban kepada orang tua
bisa diwujudkan dalam perlakuan sebagai berikut:
1. Merawat
kedua orang tua ketika sudah lanjut
usia.
2.
Tidak menunjukkan kesalahan dengan kata-kata “ah” atau
“uh”.
3.
Tidak membentak dan berlaku kasar.
4.
Mengajak berbicara dengan kata-kata yang memuliakannya.
5.
Lemah lembut kepada mereka dengan penuh kasih sayang.
6.
Mendoakan keduanya supaya tetap dipelihara Allah.
7.
Berjalan dibelakang orang tua.
8.
Tidak duduk sebelum orang tua duduk.
9.
Tidak menyebut nama orang tua, kecuali didahului dengan
panggilan kehormatan.
10. Tidak
mengumpat.
11. Menemaninya
dengan baik.
Disebutkan
dalam sebuah hadits: “Dari Abu Hurairah berkata: Termasuk hak orang tua atas
anaknya, yaitu anak tidak boleh berjalan di depannya, tidak duduk sebelum orang
tuanya duduk, tidak boleh memanggil dengan namanya, dan tidak boleh mengundang
umpatan untuknya”.
No comments:
Post a Comment