loading...

Wednesday, March 27, 2013

TAAT KEPADA ORANG TUA


Makna Taat
Taat arti terjemahannya adalah patuh. Syekh Muhammad Abdul Rauf Al-Manawi dalam kitab At-Taarif (definisi-definisi) menjelaskan bahwa ada dua definisi taat yang berbeda.
Pertama, taat menurut kaum Muktazilah, yaitu kecocokan dengan kehendak. Maksudnya, menjalankan perintah yang hasilnya cocok dengan yang dikehendaki, walaupun arahannya tidak sesuai. Dalam hal ini, seseorang yang diperintahkan melakukan sesuatu tidak harus mengikuti apa yang sudah diarahkan, yang penting adalah hasil akhirnya sesuai denga yang dikehendaki. Contohnya, seorang bapak menyuruh anaknya untuk membeli buku di toko A, tetapi anak membeli di toko B. jelas di sini, anak tidak mengikuti arahan orang tua, tetapi hasilnya adalah sama dengan yang dikehendaki oleh orang tua/bapak tersebut. Menurut definisi di atas, anak tersebut termasuk anak yang taat kepada orang tua/bapaknya.
Kedua, taat menurut Ahli Sunnah. 1) kecocokan dengan perintah, 2) segala sesuatu yang diridhai dan mendekatkan diri kepada Allah. Maksud definisi pertama adalah melakukan perbuatan sesuai dengan perintah, cocok dengan arahan yang diterapkan. Kerjakan saja sesuai aturan, jangan melanggar walaupun kita belum tahu persisi apa maksudnya, walaupun kita tidak tahu apa tujuannya dan apa hasil akhirnya. Definisi ini tepat untuk ketaatan kepada Allah SWT, shalat misalnya. Ikuti aturannya, walaupun kita belum tahu apa maksud dan tujuannya. Ketika Allah memerintah kepada kita, maka jangan banyak bertanya, jangan mengelak, jangan beralasan, walaupun kita belum tahu maknanya. Jangan seperti kaum Yahudi yang selalu banyak bertanya dengan tujuan mengelak dari perintah Allah. Allah SWT berfirman:
$pkšr'¯»tƒ šúïÏ%©!$# (#qãZtB#uä Ÿw (#qè=t«ó¡n@ ô`tã uä!$uô©r& bÎ) yö6è? öNä3s9 öNä.÷sÝ¡n@ bÎ)ur (#qè=t«ó¡n@ $pk÷]tã tûüÏm ãA¨t\ムãb#uäöà)ø9$# yö7è? öNä3s9 $xÿtã ª!$# $pk÷]tã 3 ª!$#ur îqàÿxî ÒOŠÎ=ym ÇÊÉÊÈ  
Artinya: Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al Quran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu) tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (QS. Al-Maidah: 101)
Adapun maksud dari definis kedua adalah perintah melakukan atau meninggalkan sesuatu. Apapun bentuknya, yang penting sesuatu itu masuk dalam hal yang mendatangkan keridhaan dan mengantarkan pada kedekatan kepada Allah. Definisi inilah yang sangat cocok dijadikan sebagai pedoman ketaatn kepada orang tua atau kepada selain Allah SWT. Dari definisi ini kita memastikan, bahwa untuk menjalankan perintah orang tua sebagai tanda ketaatan kepadanya, anak yang sudah cukup dewasa atau baligh musti tahu  maksud, tujuan, dan tahu arah yang dikehendaki orang tua. Karena bisa jadi, anak yang cerdas akan menghasilkan lebih baik daripada yang diinginkan orang tua. Anak bisa mengerahkan segala kemampuannya kalau tahu maksud yang dituju.

Taat Kepada Orang Tua
Betapa besar kasih sayang dan pengorbanan orang tua kepada anaknya. Sungguh tak terkirakan, dan tak mungkin terbalaskan. Karena itulah Allah SWT menetapkan kepada setiap diri hendaknya berbakti dan taat kepada orang tua. Taat kepada orang tua adalah bagian dari taat kepada Allah SWT.
Seseorang  yang taat menjalankan perintah Allah, tidak mungkin menjadi penentang orang tuanya. Seseorang yang selalu mejalin hubungan dengan Allah SWT dalam bentuk ibadah, tidak mungkin dia akan mengabaikan jalinan dengan orang tuanya. Ketaatan kepada Allah harus diikuti dengan ketaatan kepada seluruh perintah-Nya. Dan taat kepada orang tua adalah perintah kepada Allah SWT. Artinya ketaatan kepada Allah SWT harus disertai dengan ketaatan kepada orang tua.
Taat kepada Allah akan mendatangkan ridha Allah. Taat kepada orang tua akan mendatangkan ridha orang tua pula. Ridha Allah adalah tujuan hidup, dan ridha kedua orang tua memudahkan jalan hidup.


Batas-Batas Ketaatan
Taat kepada orang tua bukan berarti selalu menuruti apa yang menjadi keinginan orang tua. Orang tua harus memperhatikan psikologis anak ketika memerintah. Orang tua juga harus memperhatikan kepatutan perintah ny sesuai dengan umur anak. Bisa saja orang tua menyuruh anak yang berusia 17 tahun membeli bumbu masak ke warung sebelah, tetapi perintah itu sangat tidak pas dengan psikologis anak. Orang tua tidak boleh menyalah artikan “kewajiban taat” bagi anak denga menyuruh melakukan hal-hal di luar batas norma kewajaran dan di luar batas agama. Rasulullah SAW bersabda: “Tidak ada ketaatan kepada seseorang dalam maksiat kepada Allah.”
Apapun bentuk perintah yang diberikan orang tua maupu orang lain, kalau sudah masuk dalam hal yang dilarang Allah, kita tidak boleh mentaati perintah itu. Misalnya:
a.    Diperintahkan untuk menyekutukan Allah, atau meninggalkan shalat demi sesuatu hal, mendapatkan sesuatu dengan berbuat zalim.
b.   Disuruh pindah agama atau mengganti keyakinan.
c.    Disuruh datang ke dukun meminta pertolongan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi orang tua.
d.   Disuruh berbohong karena kejahatan yang dilakukan orang tua.
e.    Menjual barang yang diharamkan Allah.
f.     Disuruh mencari pekerjaan/penghasilan dengan cara yang dilarang Allah.
Kalau saja terjadi perbedaan agama antara anak dan orang tua, anak harus  tetap berbuat baik kepada orang tua, anak harus tetap mempergauli orang tua dengan baik.

Manfaat Ketaatan
Sungguh, taat menjadi pilar berdirinya Islam, baik kepada Allah, kepada Rasulullah, kepada orang tua, maupun kepada pemimpin. Ketaatan menjadi salah satu saham bagi keagungan Islam. Taat menjadi penjaga keselamatan sebagaimana sabda Rasulullah:
“Dari Ibnu Abbas berkata, Rasulullah SAW bersabda: Islam itu gabungan dari 10 saham; sungguh akan merugi dan menyesal orang yang tidak memiliki saham sama sekali. Saham pertama adalah kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan itulah agama. Saham kedua adalah shalat, dan itulah fitrah manusia. Saham ketiga adalah zakat, dan itulah pembersih. Saham keempat adalah puasa, dan itulah tameng. Saham kelima adalah haji, dan itulah syariat. Saham keenam adalah jihad, dan itulah perang. Saham ketujuh adalah menyuruh kebaikan, dan itulah komitmen. Saham kedelapan adalah mencegah kemungkaran, dan itulah hujjah (dalil). Saham kesembilan adalah berjamaah, dan itulah kasih sayang (flesibelitas). Saham kesepuluh adalah taat, dan itulah tameng pemelihara.” (Al-Mu’jam Al-Kabir)
Siapa yang taat kepada Allah akan mendapat ridha-Nya. Siapa yang taat kepada orang tua akan mendapat ridha orang tua dan ridha Allah SWT. Ridha orang tua menentramkan hati dan menghantarkan kepada kebahagiaan. Keridhaan orang tua menjadi pembuka rejeki. Keridhaan orang tua melapangkan jalan menuju masa depan yang cerah, meraih cita-cita, meraih sukses, dan selamat. Tidak ada kemudahan yang diberikan oleh Allah SWT semudah ketika kita berbuat baik kepada orang tua dan mendapat ridhanya. Sebaliknya melawan orang tua atau durhaka kepada orang tua akan menyebabkan hidup tidak tentram, dan usaha tidak lancar. Termasuk dosa yang akan disegerakan azabnya adalah dosa durhaka kepada orang tua. Durhaka kepada orang tua adalah dosa besar. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Nabi SAW ditanta tentang dosa besar, beliau menjawab: menyekutukan Allah, uququl walidain (durhaka kepada orang tua), membunuh, dan kesaksian palsu.” (HR. Bukhari)


No comments:

Post a Comment