Makna
Taat
Taat
arti terjemahannya adalah patuh. Syekh Muhammad Abdul Rauf Al-Manawi dalam
kitab At-Taarif (definisi-definisi) menjelaskan bahwa ada dua definisi taat
yang berbeda.
Pertama,
taat menurut kaum Muktazilah, yaitu kecocokan dengan kehendak. Maksudnya,
menjalankan perintah yang hasilnya cocok dengan yang dikehendaki, walaupun
arahannya tidak sesuai. Dalam hal ini, seseorang yang diperintahkan melakukan
sesuatu tidak harus mengikuti apa yang sudah diarahkan, yang penting adalah
hasil akhirnya sesuai denga yang dikehendaki. Contohnya, seorang bapak menyuruh
anaknya untuk membeli buku di toko A, tetapi anak membeli di toko B. jelas di
sini, anak tidak mengikuti arahan orang tua, tetapi hasilnya adalah sama dengan
yang dikehendaki oleh orang tua/bapak tersebut. Menurut definisi di atas, anak
tersebut termasuk anak yang taat kepada orang tua/bapaknya.
Kedua,
taat menurut Ahli Sunnah. 1) kecocokan dengan perintah, 2) segala sesuatu yang
diridhai dan mendekatkan diri kepada Allah. Maksud definisi pertama adalah
melakukan perbuatan sesuai dengan perintah, cocok dengan arahan yang
diterapkan. Kerjakan saja sesuai aturan, jangan melanggar walaupun kita belum
tahu persisi apa maksudnya, walaupun kita tidak tahu apa tujuannya dan apa
hasil akhirnya. Definisi ini tepat untuk ketaatan kepada Allah SWT, shalat
misalnya. Ikuti aturannya, walaupun kita belum tahu apa maksud dan tujuannya.
Ketika Allah memerintah kepada kita, maka jangan banyak bertanya, jangan
mengelak, jangan beralasan, walaupun kita belum tahu maknanya. Jangan seperti
kaum Yahudi yang selalu banyak bertanya dengan tujuan mengelak dari perintah
Allah. Allah SWT berfirman:
$pkr'¯»t
úïÏ%©!$# (#qãZtB#uä
w
(#qè=t«ó¡n@ ô`tã
uä!$uô©r&
bÎ) yö6è?
öNä3s9
öNä.÷sÝ¡n@
bÎ)ur (#qè=t«ó¡n@ $pk÷]tã tûüÏm ãA¨t\ã
ãb#uäöà)ø9$# yö7è?
öNä3s9
$xÿtã ª!$#
$pk÷]tã 3 ª!$#ur îqàÿxî ÒOÎ=ym ÇÊÉÊÈ
Artinya: Hai orang-orang
yang beriman, janganlah kamu menanyakan (kepada Nabimu) hal-hal yang jika
diterangkan kepadamu akan menyusahkan kamu dan jika kamu menanyakan di waktu Al
Quran itu diturunkan, niscaya akan diterangkan kepadamu, Allah memaafkan (kamu)
tentang hal-hal itu. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (QS. Al-Maidah:
101)
Adapun
maksud dari definis kedua adalah perintah melakukan atau meninggalkan sesuatu.
Apapun bentuknya, yang penting sesuatu itu masuk dalam hal yang mendatangkan
keridhaan dan mengantarkan pada kedekatan kepada Allah. Definisi inilah yang
sangat cocok dijadikan sebagai pedoman ketaatn kepada orang tua atau kepada
selain Allah SWT. Dari definisi ini kita memastikan, bahwa untuk menjalankan
perintah orang tua sebagai tanda ketaatan kepadanya, anak yang sudah cukup
dewasa atau baligh musti tahu maksud,
tujuan, dan tahu arah yang dikehendaki orang tua. Karena bisa jadi, anak yang
cerdas akan menghasilkan lebih baik daripada yang diinginkan orang tua. Anak
bisa mengerahkan segala kemampuannya kalau tahu maksud yang dituju.
Taat Kepada Orang Tua
Betapa
besar kasih sayang dan pengorbanan orang tua kepada anaknya. Sungguh tak
terkirakan, dan tak mungkin terbalaskan. Karena itulah Allah SWT menetapkan
kepada setiap diri hendaknya berbakti dan taat kepada orang tua. Taat kepada
orang tua adalah bagian dari taat kepada Allah SWT.
Seseorang yang taat menjalankan perintah Allah, tidak
mungkin menjadi penentang orang tuanya. Seseorang yang selalu mejalin hubungan
dengan Allah SWT dalam bentuk ibadah, tidak mungkin dia akan mengabaikan
jalinan dengan orang tuanya. Ketaatan kepada Allah harus diikuti dengan
ketaatan kepada seluruh perintah-Nya. Dan taat kepada orang tua adalah perintah
kepada Allah SWT. Artinya ketaatan kepada Allah SWT harus disertai dengan
ketaatan kepada orang tua.
Taat
kepada Allah akan mendatangkan ridha Allah. Taat kepada orang tua akan
mendatangkan ridha orang tua pula. Ridha Allah adalah tujuan hidup, dan ridha
kedua orang tua memudahkan jalan hidup.
Batas-Batas Ketaatan
Taat kepada orang tua
bukan berarti selalu menuruti apa yang menjadi keinginan orang tua. Orang tua
harus memperhatikan psikologis anak ketika memerintah. Orang tua juga harus
memperhatikan kepatutan perintah ny sesuai dengan umur anak. Bisa saja orang
tua menyuruh anak yang berusia 17 tahun membeli bumbu masak ke warung sebelah,
tetapi perintah itu sangat tidak pas dengan psikologis anak. Orang tua tidak
boleh menyalah artikan “kewajiban taat” bagi anak denga menyuruh melakukan
hal-hal di luar batas norma kewajaran dan di luar batas agama. Rasulullah SAW
bersabda: “Tidak ada ketaatan kepada seseorang dalam maksiat kepada Allah.”
Apapun bentuk perintah
yang diberikan orang tua maupu orang lain, kalau sudah masuk dalam hal yang
dilarang Allah, kita tidak boleh mentaati perintah itu. Misalnya:
a. Diperintahkan
untuk menyekutukan Allah, atau meninggalkan shalat demi sesuatu hal, mendapatkan
sesuatu dengan berbuat zalim.
b. Disuruh pindah
agama atau mengganti keyakinan.
c. Disuruh datang
ke dukun meminta pertolongan untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi orang
tua.
d. Disuruh
berbohong karena kejahatan yang dilakukan orang tua.
e. Menjual barang
yang diharamkan Allah.
f. Disuruh mencari
pekerjaan/penghasilan dengan cara yang dilarang Allah.
Kalau saja terjadi perbedaan agama
antara anak dan orang tua, anak harus
tetap berbuat baik kepada orang tua, anak harus tetap mempergauli orang
tua dengan baik.
Manfaat Ketaatan
Sungguh, taat menjadi
pilar berdirinya Islam, baik kepada Allah, kepada Rasulullah, kepada orang tua,
maupun kepada pemimpin. Ketaatan menjadi salah satu saham bagi keagungan Islam.
Taat menjadi penjaga keselamatan sebagaimana sabda Rasulullah:
“Dari Ibnu Abbas
berkata, Rasulullah SAW bersabda: Islam itu gabungan dari 10 saham; sungguh
akan merugi dan menyesal orang yang tidak memiliki saham sama sekali. Saham
pertama adalah kesaksian bahwa tidak ada Tuhan selain Allah dan itulah agama.
Saham kedua adalah shalat, dan itulah fitrah manusia. Saham ketiga adalah
zakat, dan itulah pembersih. Saham keempat adalah puasa, dan itulah tameng.
Saham kelima adalah haji, dan itulah syariat. Saham keenam adalah jihad, dan
itulah perang. Saham ketujuh adalah menyuruh kebaikan, dan itulah komitmen.
Saham kedelapan adalah mencegah kemungkaran, dan itulah hujjah (dalil). Saham
kesembilan adalah berjamaah, dan itulah kasih sayang (flesibelitas). Saham
kesepuluh adalah taat, dan itulah tameng pemelihara.” (Al-Mu’jam Al-Kabir)
Siapa
yang taat kepada Allah akan mendapat ridha-Nya. Siapa yang taat kepada orang
tua akan mendapat ridha orang tua dan ridha Allah SWT. Ridha orang tua
menentramkan hati dan menghantarkan kepada kebahagiaan. Keridhaan orang tua menjadi
pembuka rejeki. Keridhaan orang tua melapangkan jalan menuju masa depan yang
cerah, meraih cita-cita, meraih sukses, dan selamat. Tidak ada kemudahan yang
diberikan oleh Allah SWT semudah ketika kita berbuat baik kepada orang tua dan
mendapat ridhanya. Sebaliknya melawan orang tua atau durhaka kepada orang tua
akan menyebabkan hidup tidak tentram, dan usaha tidak lancar. Termasuk dosa
yang akan disegerakan azabnya adalah dosa durhaka kepada orang tua. Durhaka
kepada orang tua adalah dosa besar. Nabi Muhammad SAW bersabda:
“Nabi
SAW ditanta tentang dosa besar, beliau menjawab: menyekutukan Allah, uququl
walidain (durhaka kepada orang tua), membunuh, dan kesaksian palsu.” (HR.
Bukhari)
No comments:
Post a Comment